Minggu, 09 Desember 2012

Sakramen Baptisan Perspektif Gereja Timur


Sakramen Baptisan Perspektif Gereja Timur
[by: Fr.Irenaios Priyono]

Picture
Date: 14 Juli 2011

Sakramen

Kata yang menarik untuk diperhatikan adalah tentang makna “Sakramen” itu sendiri, yang berarti sebuah tindakan suci atau upacara suci. Didalam Gereja Timur, Sakramen secara tradisi juga bermakna “Mistery” yaitu karya yang tidak nampak dari rahmat Roh Kudus dilayankan secara nampak dalam wujud tindakan doa, kidung, dan keberadaaan benda jasmani (Mrk 11:4; 1Kor 2:7-8; Ef 5:32). Benda jasmani yang adalah unsur alam ciptaan itu baik adanya, yaitu air, minyak, roti, anggur, serta tindakan penumpangan tangan seorang Imam atau Uskup. Jadi karya rahmat Allah didalam Roh KudusNya dihadirkan melalui unsur alam tercipta yang jasmani itu untuk menyatakan wahyu Ilahi dan menyucikan bagi mereka yang ikut serta dalam Misteri Suci atau Sakramen tersebut. Penggunaan unsur alam (ciptaan jasmani yang ada) dalam tindakan kudus itu sebenarnya sebagai penegasan dari makna Inkarnasi Sang Sabda (Firman Allah). Sang Sabda telah menjadi daging dan di dalam kemanusiaan Yesus Kristus berada ditengah-tengah dunia tercipta ini untuk menyatukan segenap alam semesta ini dalam keberadaan Yesus Kristus yang adalah penjelmaan dari Sang Sabda (Firman) itu, dengan demikian telah mengembalikan unsur alam ciptaan sebagai hal yang mulia dan ikut ambil bagian dalam kemuliaan Kerajaan Allah.

Baptisan

Baptisan berasal dari bahasa Yunani “Baptizo” artinya “tindakan masuk kedalam air atau penyelaman”. Gereja Timur dalam sepanjang sejarahnya sampai saat ini tetap menggunakan cara yang dimaksud, yaitu penyelaman dan bukan cara yang lain. Sakramen Baptisan adalah sebagai pintu masuk dalam kehidupan Gereja atau pintu untuk mengalami sakramen-sakramen lainnya (dimana dalam Gereja Timur mengenal 7 Sakramen, yaitu: Baptisan, Khrisma –penggurapan minyak sebagai Meterai Roh Kudus-, Pengakuan Dosa, Perjamuan Suci, Pentahbisan, Penikahan dan Perminyakan). Sakramen Baptisan bukanlah atas perintah para rasul, namun Yesus Kristus Sendiri seperti didalam Amanat AgungNya didalam Mat 28:19-20, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Serta contoh yang diberikanNya dalam peristiwa baptisan yang Dia alami di sungai Yordan (Mat 3:13-16; Mrk 1:9-11). Hasil yang diperoleh dari Sakramen Baptisan sesungguhnya adalah penerimaan pengampunan dosa, terbebas dari dosa alami Adam, suatu peristiwa penghapusan dosa diri yang dilakukan pada masa lalu sebelum Sakramen Baptisan dilakukan dan juga suatu peristiwa memasuki Kerajaan Allah melalui persatuan dengan Kristus dalam penyelaman air, sebagaimana tertulis dalam Rm 6:3-5, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya.” (Yoh 3:5; 1Kor 12:13).

Untuk menerima Sakramen Baptisan ini, mereka yang dibaptis haruslah mengerti, percaya pada Kristus dan menyatakan imannya, yang ditandai dengan pengucapan Pengakuan Iman Nikea. Namun karena Gereja Timur juga memandang bahwa semua manusia berhak untuk menerima keselamatan di dalam Kristus maka baptisan bagi anak-anak juga diperkenankan (Mat 19:14; Mrk 16:16; Kis 16:15,31:15,18:8; 1Kor 1:16). Mengenai bagaimana dengan pengenalan iman anak tersebut pada Kristus maka diwakili oleh orangtua baptis atau sponsor yang dipilih bukan dari saudara kandung melainkan saudara seiman yang memiliki kedewasaan iman didalam Gereja Timur itu sendiri; Mereka inilah yang selanjutnya membantu dalam membimbing iman mereka. Norma baptisan dalam Gereja Timur adalah dengan diselam namun juga terdapat pengecualian pada kasus-kasus tertentu, sebagaimana tertulis dalam sebuah dokumen pada abad pertama, “Jika engkau tidak memiliki air mengalir, gunakanlah apa yang ada. Dan jika engkau tidak dapat melakukannya dengan menggunakan air dingin, gunakanlah air hangat. Namun jika itupun sangat terbatas, percikkan air diatas kepala sebanyak tiga kali dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus” (Didakhe 7:1-3).

Sakramen Baptisan (penyelaman) ini bukanlah hanya sekedar ritual pembasuhan biasa atau sekedar mengenang suatu peristiwa belaka, namun juga dipandang sebagai suatu peristiwa yang agung dan mulia, karena melalui peristiwa penyelaman ini, umat manusia secara misteri sungguh-sungguh telah manunggal dengan Pribadi dan Karya Yesus Kristus, dimana Roh Kudus itu tinggal, selanjutnya pribadi tadi menjadi manusia baru atau lahir baru sebagai bagian dalam Tubuh Mistika Kristus, yaitu Gereja (1Kor 12:13; Rm 6:3-5; Gal 3:27; Tit 3:5). Prosesi Sakramen ini dilakukan oleh seorang Imam dalam permohonan doa, kidung, dan tindakan yang menyatakan bahwa Roh Kudus hadir dan memberkati air yang akan digunakan dengan menyatakan air baptisan itu sebagai yang suci sehingga bukan lagi sekedar air biasa, namun suatu air yang atasnya karya dan hadirat Roh Kudus dinyatakan. Adapun cara baptisan air adalah dengan menyelamkan calon umat sebanyak tiga kali: Pertama, didalam nama Sang Bapa; Kedua, didalam nama Sang Putera; Ketiga, didalam nama Sang Roh Kudus. Jadi pengertiannya adalah bahwa pribadi yang dibaptiskan bersatu dengan Kristus yang merupakan penjelmaan Sang Sabda yang berasal dan berdiam secara kekal didalam Allah Yang Esa, Sang Maha Tritunggal, inilah keagungan dan kemuliaan yang diungkapkan dalam 2Ptr 1:3-4, “Karena kuasa IlahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat Ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.” Inilah tujuan umat beriman kepada Kristus, yaitu ikut ambil bagian dalam kodrat Ilahi atau dalam Gereja Timur disebut dengan“Theosis”. Suatu ungkapan sukacita bagi mereka yang telah menerima baptisan sebagai peristiwa agung dan mulia ini dinyatakan dalam sebuah kidung Gereja: “Seberapa banyak yang t’lah dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus, haleluyah!” (dalam pengertiannya, hal ini dipahami juga dalam ungkapan nyanyian sukacita para malaikat, Luk 15:7).

(sumber: http://monachoscorner.weebly.com/sakramen-baptisan-perspektif-gereja-timur.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar