Ekaristi Sebagai Sakramen Teragung
[by: St.Nikolas Kabasilas]
Ekaristi & Keselamatan
Setelah
menerima Sakramen Khrisma, kita datang menghadap Altar. Hal ini adalah
kesempurnaan kehidupan dalam Kristus, bagi merek yang menerima Komuni
maka dia tidak akan kekurangan dari keterberkatan yang dicarinya. Maut
dan kubur tidak ada lagi, yang ada hanyalah Kristus, Yang telah bangkit
dan keikut sertaan dalam kebangkitan hidup yang lebih baik. Melalui
Ekaristi, kita tidak hanya menerima karunia-karunia Sang Roh Kudus,
namun juga Sang Pemberi Karunia itu Sendiri. Memang Kristus hadir dalam
tiap Sakramen, olehNya Sendiri kita telah dibasuh dan diurapi, Dialah
pesta kita. Ia hadir bersama dengan mereka yang baru dibaptis serta
menganugerahkan karunia kepada mereka. Sebagaimana dengan Sakramen
Baptisan, Ia membaptiskan mereka dari kejahatan mereka dan memberikan
citra gambaran serta keserupaanNya kepada mereka, kemudian mengurapi
mereka seraya menghidupkan energi Roh Kudus yang oleh karena kita telah
menjadi harta simpanan dalam hidup kita. Namun ketika Ia membawa kita
kehadapan AltarNya dan memberikan kepada kita TubuhNya untuk dimakan, Ia
secara utuh telah mengubah dan menjelmakan kita kedalam keberadaanNya.
Tanah liat bukanlah tanah liat lagi setelah menerima keserupaan yang agung, tanah liat itu menjadi Tubuh Sang Raja, dengan menyambut Ekaristi maka kita disatukan kedalam Tubuh Mistika sehingga menjadi bagian TubuhNya). Sungguh mustahil untuk mengerti sesuatu yang lebih terberkati dari hal ini. Ekaristi adalah Sakramen Akhir, sebab tidak mungkin kita akan menemukan atau menambahkan sesuatu yang melampaui dari hal ini. Sakramen Pertama Baptisan memerlukan Sakramen Penengah Khrisma dan tentunya akan membawa kita kepada Sakramen Akhir Ekaristi, dan setelah hal ini kita tidak dapat pergi lebih jauh lagi. Maka kita harus tegak berdiri dan menyelidiki bagaimana caranya kita harus menjaga harta simpanan ini sampai akhir hayat kita.
Ketika kita dibaptiskan dan menerima Sakramen Baptisan, kita belum sempurna karena kita belum menerima Roh yang turun atas kita melalui Sakramen Khrisma. Bagi Sida-Sida yang dibaptiskan oleh St.Filipus (Kis 8:12) belumlah menerima Roh Kudus, mengenai hal ini St.Petrus dan St.Yohanes berkata: “Sebab Roh Kudus belum turun atas seorangpun diantara mereka sebab mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kemudian keduanya menumpangkan tangan diatas mereka lalu mereka menerima Roh Kudus (Kis 8:16-17).”
Ketika kita telah menerima hal ini dan ibadah suci telah menyalurkan kuasaNya didalam kita, maka kita telah menerima rahmat yang telah dianugerahkan, sehingga tak dapat dipungkiri lagi bahwa hidup kita telah dalam penjagaan Sang Pemberi Hidup. Walaupun demikian, bisa saja kita masuk kedalam penghukuman. Walaupun tanpa menghancurkan apa yang telah diberikan, tidak ada yang dapat mencegah seseorang yang sudah dibaptis dan menerima Sakramen dari berbuat dosa atau kekurangan dari apa yang diperlukannya.
Untuk ini kita mempunyai banyak saksi. Hal ini terjadi kepada umat di Korintus di zaman para rasul, mereka penuh dengan Roh Kudus dan mempunyai banyak karunia-karunia, mereka bernubuat, bahasa lidah, dan mempunyai banyak karunia lain yang sungguh amat luar biasa, namun walaupun demikian mereka masih sangat jauh dari Theosis Ilahi, sehingga mereka terbakar dengan hawa nafsu, iri hati, ambisi, perbuatan tidak bermoral, dan dengan gigihnya berjuang dalam kejahatan. Oleh sebab itu St.Paulus menegur mereka ketika ia berkata: “Karena kamu masih manusia duniawi (1Kor 3:3)”. Walaupun mereka rohani dalam arti bahwa mereka turut ambil bagian dalam rahmat Ilahi namun hal ini belumlah cukup bagi mereka untuk mengusir semua kejahatan dalam hati mereka.
Untuk itu Ekaristi tidak dapat diterima oleh orang-orang yang demikian. Didalam mereka yang dilayakkan maka Roti Kehidupan telah memberikan dampak pengaruh dimana maut dan kejahatan dihalau sebagaimana mereka turut ambil bagian dalam Pesta Mistika yang tidak akan menuduh mereka. Adalah hal yang tidak mungkin dimana Ekaristi diharapkan memberikan pengaruh secara penuh bagi mereka (orang yang sudah dibaptis) yang masih ikut ambil bagian dalam kejahatan apapun.
Tanah liat bukanlah tanah liat lagi setelah menerima keserupaan yang agung, tanah liat itu menjadi Tubuh Sang Raja, dengan menyambut Ekaristi maka kita disatukan kedalam Tubuh Mistika sehingga menjadi bagian TubuhNya). Sungguh mustahil untuk mengerti sesuatu yang lebih terberkati dari hal ini. Ekaristi adalah Sakramen Akhir, sebab tidak mungkin kita akan menemukan atau menambahkan sesuatu yang melampaui dari hal ini. Sakramen Pertama Baptisan memerlukan Sakramen Penengah Khrisma dan tentunya akan membawa kita kepada Sakramen Akhir Ekaristi, dan setelah hal ini kita tidak dapat pergi lebih jauh lagi. Maka kita harus tegak berdiri dan menyelidiki bagaimana caranya kita harus menjaga harta simpanan ini sampai akhir hayat kita.
Ketika kita dibaptiskan dan menerima Sakramen Baptisan, kita belum sempurna karena kita belum menerima Roh yang turun atas kita melalui Sakramen Khrisma. Bagi Sida-Sida yang dibaptiskan oleh St.Filipus (Kis 8:12) belumlah menerima Roh Kudus, mengenai hal ini St.Petrus dan St.Yohanes berkata: “Sebab Roh Kudus belum turun atas seorangpun diantara mereka sebab mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kemudian keduanya menumpangkan tangan diatas mereka lalu mereka menerima Roh Kudus (Kis 8:16-17).”
Ketika kita telah menerima hal ini dan ibadah suci telah menyalurkan kuasaNya didalam kita, maka kita telah menerima rahmat yang telah dianugerahkan, sehingga tak dapat dipungkiri lagi bahwa hidup kita telah dalam penjagaan Sang Pemberi Hidup. Walaupun demikian, bisa saja kita masuk kedalam penghukuman. Walaupun tanpa menghancurkan apa yang telah diberikan, tidak ada yang dapat mencegah seseorang yang sudah dibaptis dan menerima Sakramen dari berbuat dosa atau kekurangan dari apa yang diperlukannya.
Untuk ini kita mempunyai banyak saksi. Hal ini terjadi kepada umat di Korintus di zaman para rasul, mereka penuh dengan Roh Kudus dan mempunyai banyak karunia-karunia, mereka bernubuat, bahasa lidah, dan mempunyai banyak karunia lain yang sungguh amat luar biasa, namun walaupun demikian mereka masih sangat jauh dari Theosis Ilahi, sehingga mereka terbakar dengan hawa nafsu, iri hati, ambisi, perbuatan tidak bermoral, dan dengan gigihnya berjuang dalam kejahatan. Oleh sebab itu St.Paulus menegur mereka ketika ia berkata: “Karena kamu masih manusia duniawi (1Kor 3:3)”. Walaupun mereka rohani dalam arti bahwa mereka turut ambil bagian dalam rahmat Ilahi namun hal ini belumlah cukup bagi mereka untuk mengusir semua kejahatan dalam hati mereka.
Untuk itu Ekaristi tidak dapat diterima oleh orang-orang yang demikian. Didalam mereka yang dilayakkan maka Roti Kehidupan telah memberikan dampak pengaruh dimana maut dan kejahatan dihalau sebagaimana mereka turut ambil bagian dalam Pesta Mistika yang tidak akan menuduh mereka. Adalah hal yang tidak mungkin dimana Ekaristi diharapkan memberikan pengaruh secara penuh bagi mereka (orang yang sudah dibaptis) yang masih ikut ambil bagian dalam kejahatan apapun.
Bagaimana Ekaristi Memperlengkapi Baptisan & Khrisma
Mengapa
hal ini? Karena pengaruh dari ibadah suci ada dalam perihal berikut:
yaitu supaya mereka yang disucikan tidak akan kekurangan suatu buah yang
baik. Sesuai dengan janjiNya, yaitu kita tinggal didalam Kristus dan
Kristus tinggal didalam kita melalui Ekaristi, sebab Ia terlah bersabda:
“dia tinggal didalam Aku dan Aku didalam dia” (Yoh 6:57).
Kalau Kristus tinggal didalam kita apalagi yang kita perlukan atau berkat apa yang akan ketinggalan untuk kita terima? Ketika kita tinggal didalam Kristus, hal apa lagi yang kita inginkan? Dia tinggal didalam kita dan Dialah tempat tinggal kita, betapa terberkatinya kita sehingga Dia tinggal didalam orang semacam kita. Apalagi yang kita butuhkan jikalau Kristus tinggal didalam kita? Untuk apalagi kita harus berhubungan dengan kejahatan sekecil apapun jika kita telah masuk kedalam kegemilangan seperti ini? Bagaimana mungkin kejahatan dapat tahan berdiri dihadapan melimpahnya kebaikan? Kejahatan semacam apa yang dapat masuk atau hadir ketika secara nyata Kristus bersama kita dan secara penuh menembus dan mengelilingi kita.
Dengan meletakkan DiriNya sebagai perisai pada setiap sisi kita, Ia mencegah agar panah tidak menyentuh kita sebab Dialah tempat kediaman kita. Kalau ada sesuatu yang jahat didalam kita maka Ia akan meremukkan serta mengusirnya sebab Ia hadir dan tinggal di tempat kediamanNya secara penuh dan memenuhi segala sesuatu. Ketika kita menyambut Ekaristi, kita tidak sedang menyambut sesuatu dariNya tetapi lebih lagi kita menyambut Dia Sendiri. Bukan sebuah sinar atau cahaya yang sedang kita terima dalam jiwa kita melainkan Sang Surya itu sendiri. Jadi kita tinggal didalam Dia dan kitapun menjadi terdiami olehNya dan menjadi satu roh denganNya. Jiwa dan tubuh serta segenap panca indera kita menjadi rohani, dikarenakan tubuh dan darah kita bersatu dengan Tubuh dan Darah Kristus Sendiri. Apakah akibat dari semuanya ini? Sesuatu yang sangat unggul telah mengalahkan yang lemah, benda-benda Ilahi telah menang atas dunia, hal inilah yang terjadi juga sehubungan dengan kebangkitan sebagaimana yang ditulis oleh St.Paulus: Supaya yang fana itu ditelan oleh hidup (2Kor 5:4), juga ia menambahkan: Bukan aku lagi yang hidup melainkan Kristus yang hidup didalam aku (Gal 2:20). Betapa agung Sakramen Ekaristi ini, betapa agung dan mulianya sehingga pikiran Kristus mau untuk bercampur dengan kita dan pikiran kita berbaur denganNya, tubuh kita dengan TubuhNya dan darah kita dengan DarahNya. Apakah yang terjadi dengan pikiran kita ketika Pikiran Ilahi mengambil alih pikiran kita? Apakah yang terjadi dengan kehendak kita ketika Kehendak yang terberkati mengambil alih kehendak kita? Bagaimana dengan kita yang debu ini ketika dikuasai oleh ApiNya?
Inilah yang dimaksud oleh St.Paulus ketika ia menyatakan bahwa ia tidak mempunyai pemikiran ataupun hidupnya sendiri tetapi semuanya telah menjadi milik Kristus baginya. Ia menyatakan: Kita telah mempunyai pikiran Kristus (2Kor 2:16) dan katanya lagi: Karena kamu ingin suatu bukti bahwa Kristus berkata-kata dengan perantaraan aku (2Kor 13:3) juga: betapa aku dengan kasih mesra Kristus Yesus merindukan kamu sekalian (Flp 1:8), dari sini kita mengetahui bahwa St.Paulus mempunyai kehendak yang sama dengan Kristus dari perkataannya sendiri: Bukan aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup didalam aku (Gal 2:20).
Kalau Kristus tinggal didalam kita apalagi yang kita perlukan atau berkat apa yang akan ketinggalan untuk kita terima? Ketika kita tinggal didalam Kristus, hal apa lagi yang kita inginkan? Dia tinggal didalam kita dan Dialah tempat tinggal kita, betapa terberkatinya kita sehingga Dia tinggal didalam orang semacam kita. Apalagi yang kita butuhkan jikalau Kristus tinggal didalam kita? Untuk apalagi kita harus berhubungan dengan kejahatan sekecil apapun jika kita telah masuk kedalam kegemilangan seperti ini? Bagaimana mungkin kejahatan dapat tahan berdiri dihadapan melimpahnya kebaikan? Kejahatan semacam apa yang dapat masuk atau hadir ketika secara nyata Kristus bersama kita dan secara penuh menembus dan mengelilingi kita.
Dengan meletakkan DiriNya sebagai perisai pada setiap sisi kita, Ia mencegah agar panah tidak menyentuh kita sebab Dialah tempat kediaman kita. Kalau ada sesuatu yang jahat didalam kita maka Ia akan meremukkan serta mengusirnya sebab Ia hadir dan tinggal di tempat kediamanNya secara penuh dan memenuhi segala sesuatu. Ketika kita menyambut Ekaristi, kita tidak sedang menyambut sesuatu dariNya tetapi lebih lagi kita menyambut Dia Sendiri. Bukan sebuah sinar atau cahaya yang sedang kita terima dalam jiwa kita melainkan Sang Surya itu sendiri. Jadi kita tinggal didalam Dia dan kitapun menjadi terdiami olehNya dan menjadi satu roh denganNya. Jiwa dan tubuh serta segenap panca indera kita menjadi rohani, dikarenakan tubuh dan darah kita bersatu dengan Tubuh dan Darah Kristus Sendiri. Apakah akibat dari semuanya ini? Sesuatu yang sangat unggul telah mengalahkan yang lemah, benda-benda Ilahi telah menang atas dunia, hal inilah yang terjadi juga sehubungan dengan kebangkitan sebagaimana yang ditulis oleh St.Paulus: Supaya yang fana itu ditelan oleh hidup (2Kor 5:4), juga ia menambahkan: Bukan aku lagi yang hidup melainkan Kristus yang hidup didalam aku (Gal 2:20). Betapa agung Sakramen Ekaristi ini, betapa agung dan mulianya sehingga pikiran Kristus mau untuk bercampur dengan kita dan pikiran kita berbaur denganNya, tubuh kita dengan TubuhNya dan darah kita dengan DarahNya. Apakah yang terjadi dengan pikiran kita ketika Pikiran Ilahi mengambil alih pikiran kita? Apakah yang terjadi dengan kehendak kita ketika Kehendak yang terberkati mengambil alih kehendak kita? Bagaimana dengan kita yang debu ini ketika dikuasai oleh ApiNya?
Inilah yang dimaksud oleh St.Paulus ketika ia menyatakan bahwa ia tidak mempunyai pemikiran ataupun hidupnya sendiri tetapi semuanya telah menjadi milik Kristus baginya. Ia menyatakan: Kita telah mempunyai pikiran Kristus (2Kor 2:16) dan katanya lagi: Karena kamu ingin suatu bukti bahwa Kristus berkata-kata dengan perantaraan aku (2Kor 13:3) juga: betapa aku dengan kasih mesra Kristus Yesus merindukan kamu sekalian (Flp 1:8), dari sini kita mengetahui bahwa St.Paulus mempunyai kehendak yang sama dengan Kristus dari perkataannya sendiri: Bukan aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup didalam aku (Gal 2:20).
Ekaristi Melengkapi Sakramen Lain
Sungguh sempurna Sakramen ini, sungguh jauh sempurna dari segala ibadah lainnya karena Ekaristi membawa kita kepada puncak dari segala kebaikan. Ekaristi adalah tujuan akhir dari setiap usaha manusia. Sebab didalamnya kita menerima Allah itu Sendiri dan Allah dipersatukan dengan kita melalui persatuan yang sempurna, ikatan apa yang lebih utuh dan sempurna daripada menjadi satu roh dengan Allah? Jadi dengan demikian Ekaristi adalah satu-satunya Ibadah Suci yang menyediakan penyempurnaan kepada Sakramen-Sakramen lainnya. Dalam Sakramen Baptisan, Ekaristi menjadi penolong mereka yang dibaptis dikarenakan mereka tidak akan menjadi lengkap tanpa Ekaristi. Ekaristi juga mendampingi mereka yang baru dibaptis ketika sinar dari Ekaristi suci menghidupkan mereka yang telah lama tertidur dalam kegelapan dosa. Untuk menghidupkan mereka yang kelam dan sekarat oleh karena dosa adalah semata-mata karya Allah belaka.Ekaristi memampukan kita untuk menyembah Allah didalam roh dan kebenaran. Walaupun kita adalah orang yang malang dan berdosa serta terbuat dari bahan material yang taat kepada kelapukan, materai Ilahi tidak dapat tak memberikan pengaruh, sebab harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat (2Kor 4:7). Oleh sebab itu kita menerima obat penyembuh itu tidak hanya sekali namun secara teratur. Pembuat periuk tanah liat harus secara teratur duduk dan membentuk tanah liat dengan terus mengaduk-aduknya serta membuatnya kembali supaya menjadi kuat. Kita harus mengalami sentuhan dari Sang Tabib sebagaimana Dia menyembuhkan tubuh yang membusuk ini dan membangkitkan kembali semangat yang patah, kalau tidak, maut akan mengendap-endap untuk menangkap mereka yang tidak waspada. Seperti yang dikatakan bahwa kita yang menjadi mati oleh karena pelanggaran kita telah dibuat menjadi hidup bersama dengan Kristus (Ef 2:5), dan betapa lebihnya Darah Kristus yang menyucikan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup (Ibr 9:14). Kuasa dari Allah akan membawa kita kepada kehidupan sejati dan hati yang kudus sehingga memampukan kita untuk menyembah Allah dengan murni.
Kalau demikian maka penyembahan kepada Allah yang murni adalah dengan menjadi taat kepada Allah, mengerjakan segala sesuatu yang dikehendakiNya, saya tidak tahu apakah kita mampu untuk menjadi taat kepada Allah lebih dari sekedar mejadi anggota tubuhNya. Ketika setiap ibadah Gereja membuat mereka yang merayakan ibadah tersebut menjadi anggota Kristus, Roti Hidup Ekaristi melakukan hal yang sama hanya dengan lebih sempurna. Sebagaimana tubuh menjadi hidup oleh karena kepala dan hati, begitu juga Ia yang mengatakan: Barangsiapa yang memakan aku akan hidup karena Aku (Yoh 6:57).
Manusia hidup oleh karena makanan tetapi tidak sama demikianlah dengan Ekaristi. Makanan jasmani bukanlah sesuatu yang hidup dan tidaklah mengalirkan kehidupan kedalam kita melainkan menopang dan membantu hidup yang ada dalam tubuh orang yang memakan manakan jasmani tersebut, tetapi bagi manusia, makanan jasmani seolah-olah menjadi penyebab kehidupan tersebut. Tetapi Ekaristi, Sang Roti Hidup adalah Dia yang hidup, dan melalui Dia kehidupan sejati tersebut telah dialirkan kepada mereka yang menyambutNya sehingga mereka hidup dalam arti sebenarnya. Ketika makanan jasmani berubah didalam tubuh mereka yang memakannya, baik ikan, daging, dan makanan lain berubah menjadi darah didalam tubuh kita tetapi dalam hal Ekaristi justru kebalikannya yang terjadi. Ekaristi justru mengubah mereka yang menyambutnya serta menjelmakan dan memadukan mereka kedalam Diri Kristus secara utuh dan sempurna. Sebagaimana Ia adalah Sang Kepala, hati kita sebenarnya bergantung kepada Dia untuk bergerak dan hidup karena Dialah Sang Empunya Kehidupan itu sendiri.
Hal ini dinyatakan oleh Sang Juruselamat. Kristus tidak menjaga kehidupan kita dengan cara yang sama dengan yang dilakukan oleh bahan pangan. Karena Dialah yang mempunyai kehidupan, secara kodrat Ia menghembusi kehidupan itu kedalam kita seagaimana kepala dan jantung memompa kehidupan kedalam kita, oleh sebab itulah Ia menyebut DiriNya sebagai Roti Hidup (Yoh 6:51) dan Ia juga berkata: Barangsiapa yang memakan Aku akan hidup oleh Aku (Yoh 6:57).
Hal inilah yang menyebabkan bahwa menyembah Allah didalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24) dan mempersembahkan persembahan penyembahan yang murni adalah karya melalui Altar. Dari Ekaristi ini kita menerima karunia untuk menjadi anggota Tubuh Kristus dan juga karunia untuk menjadi serupa dengan Kristus. Ketika kita masih mati didalam dosa adalah suatu yang mustahil bagi kita untuk mempersembahkan penyembahan kepada Allah yang hidup. Kalau kita terus berpesta pora maka mustahillah untuk hidup dan terlepas dari pekerjaan yang sia-sia, yang membawa kita kepada kematian. Sebagaimana Allah adalah Roh dan mereka yang menyembahNya harus menyembah didalam Roh dan kebenaran (Yoh 4:24). Jadi adalah tepat bagi mereka yang memilih untuk menyembah Dia yang hidup dan yang mempunyai hidup itu sendiri, sebagaimana dikatakan oleh Kristus: Ia bukanlah Allah orang mati melainkan Allah orang hidup (Mat 22:32).
(sumber: http://monachoscorner.weebly.com/ekaristi-sakramen-teragung.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar