Rabu, 22 Agustus 2012

Toko Rohani Orthodox Online "Shakticon"

Buku Orthodoxia "Soteriologi" dan "Pernikahan Kudus"
Rp10.000,00
Buku Orthodoxia "Baptisan"
Rp20.000,00
CD Kotbah Arkhimandrit Romo Daniel Byantoro, Ph.D
Rp30.000,00


Salib untuk Altar pribadi
Rp45.000,00


Icon para Kudus (bisa pesan nama Janasuci)@Ukuran 4R : Rp30.000,00
@Ukuran 5R : Rp35.000,00
@Ukuran 10R : Rp45.000,00


Buku "Kontroversi Maria"
Arkhimandrit Romo Daniel Byantoro, Ph.D
Rp59.000,00


Kaligrafi Doa Bapa Kami
Ukuran 10R : Rp45.000,00

Icon untuk altar pribadi.@Ukuran 4R : Rp30.000,00
@Ukuran 5R : Rp35.000,00
@Ukuran 10R : Rp45.000,00


Icon para Kudus
T-shirt Orthodox's Youth of Indonesia
Rp70.000,00
Komboskini

@33 butir : Rp25.000,00
@50 butir : Rp30.000,00
@100 butir : Rp45.000,00



(Harga disini belum termasuk ongkos kirim)

Senin, 13 Agustus 2012

Fr. Alexios Represents the Orthodox Faith in Indonesia

gfh
Fr. Alexios blessing the water
Fr. Alexios blessing the water

The Orthodox Church in Indonesia calls itself the GOI, Gereja Orthodox Indonesia Jawa Tengah. Fr. Daniel Byantoro, its founder and president, is frequently out of the country raising funds for the organization, so most of the day-to-day duties in the GOI fall to Fr. Alexios, Dean of Holy Trinity parish in Solo.
Fr. Alexios is first and foremost a priest who oversees a large and active parish, presiding over feasts, baptisms, and weddings, instructing the faithful and overseeing renovation work at his parish and missions at half a dozen other Orthodox churches in the area. However, his labors for the church extend far beyond those of an ordinary parish priest.


Fr. Alexios attending a religious conference.

One of Fr. Alexios’ most important duties is to network with the leaders of other Christian groups in the area. Religious freedom in Indonesia is extremely limited. Government regulations stipulate that all religious sects must fall into one of six official categories: Muslim, Hindu, Confucian, Buddhist, Catholic and Other Christian, which includes both Protestants and Orthodox. Nearly ninety percent of the population is Muslim, and because of frequent persecution of religious minorities, the Orthodox Church in Indonesia has allied itself with many other Christian churches. Fr. Alexios serves as the Orthodox representative for several different organizations of minority Christian groups that have banded together in order to reduce the threat of terrorism toward their members.
In September 2011, for instance, he attended a meeting that formed a unified cooperation among Christians in Central Java, the Kerjasama Kristen Aras Nasional (Nationwide Christian Cooperation). Although these kinds of alliances are often required by the Indonesian government, Fr. Alexios has taken them as opportunities to both secure greater safety for his flock and to evangelize other Christians in Indonesia. Often, he is invited to speak at other churches; in September, he preached at a Pentecostal church, where he encountered many believers who wanted to learn more about Orthodoxy.


Teaching catechumens

Holy Trinity Church attracts visitors from all different backgrounds who are seeking knowledge of the Orthodox faith, including whole classes of students from theological schools in the area. Fr. Alexios is always willing to talk with these inquirers, explaining the basic elements of Orthodox theology, worship and even church architecture. He hopes to be able to expand this ministry by renovating a neighboring building and establishing a functioning Orthodox library with guest housing, so that Orthodox Christians and seekers can have easy access to Orthodox material. Although the church already owns the building, it lacks the $6,000 necessary to finish the renovations. On September 25, 2011, a suicide bomber attacked a local Pentecostal church in the normally peaceful town of Solo, only a few kilometers from Holy Trinity. Eleven people were badly injured in the blast, and there was a great flurry of activity as local churches tried to reassure their flocks and implement stricter safety measures.
Representatives from the State Department of Religion and the Nationwide Christian Cooperation, including Fr. Alexios, made multiple visits to the damaged church to offer sympathy and help. The State Department also made personal visits to each of the other churches to give them some direction and instructions in the area of religious life under existing law in Indonesia. Representatives from the Solo churches also met together to discuss how to move forward.

As Christmas approached, many of the Christian churches were still very nervous, so they decided to meet with the Central Java Regional Police Chief in order to request an assurance for the safety of the churches during the Christmas season. They also met with local Muslim leaders at the Mayor’s house to ensure that peaceful coexistence would prevail. Fr. Alexios’ efforts on behalf of present and future Orthodox Christians are simply tireless. He serves as missionary, counselor, foreman, lobbyist, negotiator and spiritual guide to the Indonesian people, who are hungry as never before for the truths of the ancient Christian faith.
Click to enlarge.

Performing a wedding

Visiting the Chief of Police

Sunday of Orthodox Procession

Interfaith Meeting

Meeting with the Vice Governor of Central Java

Leading Prayers for orphans in one of Holy Trinity's outreaches

Future library

Speaking at a Pentecostal Church

Kamis, 09 Agustus 2012

Cerita Dibalik Pelopor GOI


Bermula dari seorang anak bernama Byantoro yang memiliki latar belakang Islam dan sudah pergi ke Masjid sejak usia 5 tahun dibawah bimbingan kakeknya. Ketika semakin dewasa, ia mencari dengan sungguh-sungguh kepastian tentang Allah yang sejati.

Saat SMA, ia bertemu dengan suami guru sekolahnya yang berpindah kepada Kekristenan, kemudian terjadilah perdebatan mengenai Trinitas, keIlahian YESUS KRISTUS, InkarnasiNya, dan IdentitasNya sebagai Putera Allah; Akhirnya ia memenangkan perdebatan itu dan tetap tidak percaya kepada kebenaran Injil.

Suatu malam, setelah membaca doa dan Alquran, mendadak ia melihat visi yang membuatnya takut, ia bertemu KRISTUS untuk yang pertama kalinya dalam bentuk cahaya; hal ini membuatnya kebingungan, gemetar, dan sukacita yang mendalam, setelah hal itu ia mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri: "Siapakah YESUS KRISTUS itu?"

Dalam permenungan yang mendalam tentang YESUS yang adalah Kalimatullah (Firman) maka ia sampai pada kesimpulan:
"Allah, FirmanNya yang disebut AnakNya, dan RohNya bukan tiga Allah yang berbeda, namun realitas didalam Satu Allah. Tanpa Roh, tidak ada yang hidup, dan tanpa Firman adalah bisu. Jadi itulah Satu Allah."

Kemudian ia melanjutkan permenungannya, "Jika diantara manusia, komunikasi dilakukan dengan kata-kata, maka demikian dengan Allah, bahwa hanya melalui Satu Firman, yaitu YESUS KRISTUS, maka komunikasi antara Allah dan manusia dapat terjalin."
Sekarang ia tahu "mengapa ia tidak dapat mengenal Allah", tidak lain karena ia tidak mengenal FirmanNya, yaitu YESUS KRISTUS.
Oleh karena itu, akhirnya ia memutuskan untuk percaya kepada YESUS KRISTUS seraya berkata: "Ya Allah, saya percaya YESUS KRISTUS, Sang SabdaMu, dan aku mau menjadi Kristen." Pemuda ini kemudian dibaptiskan dalam Kristen Protestan Reformasi, dan diberi nama baptis "Daniel".

Tahun 1974, dalam suatu pertemuan doa, Daniel menerima baptisan yang disebut "ROH KUDUS" lengkap dengan bahasa roh dan bernubuat, serta menjadi aktivis dalam Gereja Kharismatik.
Tahun 1978, Daniel menjadi salah satu Penasehat Spiritual Kharismatik di pulau Sulawesi oleh Gubernur Manado Willy Lasut yang juga adalah Kristen Kharismatik.

Kemudian Daniel mulai mempelajari cara memulai Bukit Doa mengikuti pola yang ada di Korea. Selama berkunjung di Korea, ia bertemu dengan Missionaris Amerika Dr.Marlin Nelson yang memimpinnya untuk belajar di Seminari Theologi Protestan Evangelis di Seoul, yang bernama "Asian Center for Theological Studies and Mission" (ACTS, yang berafiliasi dengan Seminari Theologi Fuller di USA).

Tahun 1983, Daniel menemukan buku Gereja Orthodox di Toko Buku Timothy Ware, karena ketertarikannya dengan Gereja Purba kemudian ia mulai mencari Gereja Orthodox disana, setelah ia menemukan Gereja Orthodox, ia meminjam banyak buku dari Gereja Orthodox dan mempelajarinya dengan seksama sehingga akhirnya memutuskan bahwa inilah Gereja yang ia cari.

Tahun 1984, Daniel belajar lagi di Holy Cross Greek Orthodox School of Theology di Brookline.

25 Mei 1988, Daniel ditahbiskan secara resmi oleh Gereja Orthodox, dengan demikian sejak hari itu beliau menyandang nama Fr.Daniel B.D. Byantoro.

8 Juni 1988, Dimulailah Misi Gereja Orthodox di Indonesia yang dimulai di Solo yang diberi nama Gereja Parokia Tritunggal Maha Kudus.
Terpujilah Tuhan! Orang pertama yang masuk Gereja Orthodox ini adalah dari Kaum Muslim, yang kemudian dibaptis dengan nama Photios.

Rabu, 08 Agustus 2012

Mengenal Dasar Gereja Orthodox

Daftar Isi:
I. Sekilas Sejarah Terbentuknya Gereja Orthodox
II. Gereja Orthodox Di Era Modern
III. Cerita Dibalik Pelopor GOI
IV. Semboyan, Tujuan & Dogma Gereja Orthodox
V. Pernak Pernik Gereja Orthodox
   5.1. KeImaman Gereja Orthodox
   5.2. Gedung Gereja Orthodox
   5.3. Signum Crucis (Tanda Salib), Air Suci, Kehidupan Asketik & Kerudung
VI. Theologi Dasar Gereja Orthodox
   6.1. Sumber Ajaran
   6.2. Kanon Alkitab
   6.3. Sakramen Baptisan Air, Khrisma & Ekaristi (Perjamuan Kudus)
   6.4. Alam Roh & Eskatologi

I. Sekilas Sejarah Terbentuknya Gereja Orthodox

Bermula dari tahun-tahun awal (abad pertama) ke-Kristen-an, dimana para Rasul memulai mendirikan 5 Kota sebagai Pusat Gereja (kemudian disebut sebagai Pentarkhi), yang antara lain adalah:
1) Antiokhia (Turki), didirikan oleh Rasul Petrus pada tahun 37 AD.
2) Konstantinopel (Yunani/Byzantium), didirikan oleh Rasul Andreas pada tahun 38 AD.
3) Roma (Latin), didirikan oleh Rasul Petrus & Rasul Paulus pada tahun 42 AD.
4) Yerusalem (Israel), didirikan oleh Rasul Yakobus pada tahun 43 AD.
5) Alexandria (Mesir), didirikan oleh Rasul Markus pada tahun 68 AD.
Kota Pentarkhi tersebut masing-masing dikepalai oleh seorang Patriakh.

Tahun 451 AD, saat Konsili Khalsedon, sebagian kecil Gereja Orthodox menolak keputusan Konsili Khalsedon, sehingga timbullah Gereja Orthodox Oriental (Non-Khalsedon), yang antara lain terdiri atas: Gereja Rasuli Armenia, Gereja Koptik Alexandria, Gereja Etiopia Tewahedo, Gereja Eritrean Tewahedo, Gereja Orthodox Syria, dan Gereja Orthodox Syria-India. Namun belakangan, kabarnya sedang direncanakan penggabungan kembali Gereja Orthodox Oriental dan Gereja Orthodox Timur.

Gambar Daerah Gereja Orthodox Oriental


Setelah mengalami berbagai penyesatan dari berbagai bidat dari tahun ke tahun, Kota Pentarkhi tersebut berhasil mempertahankan Ajaran Rasuli sampai pada tahun 1054 AD.

Pada tahun 1054 AD, terjadilah sebuah peristiwa yang mengguncang Kota Pentarkhi, terjadi ketidaksetujuan antara Gereja Roma diwilayah Barat dan 4 Gereja lainnya diwilayah Timur (Antiokhia, Konstantinopel, Yerusalem, dan Alexandria) karena Gereja Roma mengajukan klaim bahwa Roma adalah Kepala & Ibu Atas Semua Gereja Patriakh yang lain secara otoritas dan hukum, hal ini menimbulkan ketidaksetujuan oleh 4 Gereja lainnya yang menganggap bahwa dalam otoritas dan hukum haruslah setara (saat itu Gereja Roma hanya dianggap sebagai kakak yang dituakan/dihormati, namun tetap tidak memiliki Yuridiksi yang lebih dari Patriakh lainnya). Akhir dikata, kedua belah pihak bersikukuh dengan pendapatnya sendiri-sendiri, dan karena tidak ditemui kata sepakat maka terjadilah Peristiwa Skismatik Besar (Perpisahan Besar), pihak Gereja Roma yang menguasai daerah Barat menyebut dirinya Gereja Katolik Roma, dan 4 Gereja lainnya yang menguasai daerah Timur menyebut dirinya Gereja Orthodox. Arti dari nama Orthodox sendiri adalah Ajaran (Doxa) Yang Benar/Lurus (Orthos), sedangkan arti Katolik adalah Universal/Umum.

Gambar Daerah Gereja Orthodox & Gereja Roma Katolik


Selanjutnya dari Gereja Katolik Roma dibarat inilah terjadi Skisma-Skisma Gereja yang lain yaitu dalam bentuk Gereja Protestan (daerah biru kedip-kedip adalah daerah persebaran Protestan), yang dipelopori oleh Martin Luther yang dimulai pada tahun 1517.

Gambar Daerah Gereja Roma Katolik & Gereja Protestan


Pada perkembangan selanjutnya sampai tahun 2010 ini, Protestan sendiri berpisah-pisah dalam lebih dari 33.800 Denominasi Gereja (beberapa Gereja Protestan Cabang Utama dapat dilihat dari bagan dibawah ini).



II. Gereja Orthodox Di Era Modern

Sampai saat ini, sebagaimana Gereja Roma Katolik dan Protestan masih eksis, Gereja Orthodox pun masih eksis keberadaannya (dengan mata rantai Suksesi Kerasulan/Apostolic Succession sejak dari para rasul pada abad pertama), kendati dalam perjalanan sejarahnya, Gereja Orthodox terlunta-lunta dalam penindasan baik oleh Non-Kristen maupun oleh sesama Kristen sendiri, oleh karena itu kendati secara Statistik Gereja Orthodox memiliki kuantitas umat terbanyak setelah Katolik (jika Statistik Protestan yang 33.800 denominasi tidak digabungkan) yaitu sekitar 350 juta umat namun Gereja Orthodox tidak memiliki kekayaan semegah Gereja Roma Katolik.

Gambar Persebaran Gereja Orthodox Di Era Modern


Sebagaimana Gereja Roma Katolik memiliki 1 Patriakh, yang disebut sebagai Paus, pada tahun 2010 oleh Paus Benediktus XVI, demikian juga Gereja Orthodox masih memiliki Patriakhnya masing-masing.

Paus Roma Katolik Tahun 2010 Benediktus XVI


Gereja Orthodox membagi Sistem Yuridiksinya sebagai berikut:
1.  Tahkta Kepatriarkhan Apostolik Utama
a. Kepatriarkhan Konstantinopel yang berpusat di Turki (Patriakh Ekumenikal).
Tahun 2010 oleh Patriakh Bartholomew I.

b. Kepatriarkhan Alexandria yang berpusat di Mesir.
Tahun 2010 oleh Patriakh Theodoros II.

c. Kepatriarkhan Antiokhia yang berpusat di Suriah.
Tahun 2010 oleh Patriakh Agnatius IV Hazim

d. Kepatriarkhan Yerusalem yang berpusat di Israel.
Tahun 2010 oleh Patriakh Theophilus III.

2. Tahkta Kepatriarkhan Wilayah
a. Kepatriarkhan Rusia.
Tahun 2010 oleh Patriakh Kirill I.

b. Kepatriarkhan Serbia.
c. Kepatriarkhan Romania.
d. Kepatriarkhan Georgia.
e. Kepatriarkhan Bulgaria.
3. Gereja-Gereja Autochepalus
Gereja yang mendapatkan kemandirian secara sepenuh. Pemimpin dari gereja-gereja ini walaupun bukan merupakan Patriarkh, para pemimpin gereja-gereja ini (para Uskup Agung/Metropolitan) mempunyai kedudukan istimewa dan sejajar dengan para Patriarkh.
a. Gereja Orthodox Yunani.
b. Gereja Orthodox Polandia.
c. Gereja Orthodox Albania.
d. Gereja Orthodox Ceko dan Slovakia.
e. Gereja Orthodox Siprus.
f. Biara Agung St. Katarina dari Gunung Sinai.
4. Gereja-Gereja Otonomi
Gereja-Gereja ini diakui kemandiriannya namun belum mendapatkan kemandirian secara penuh dari Kepatriarkhan Konstantinopel.
a. Gereja Orthodox di Finlandia.
b. Gereja Orthodox di Jepang.
c. Gereja Orthodox di Cina.
5. Gereja Diaspora
Walaupun mempunyai kemandirian secara utuh, tetapi diberikan wewenang untuk memerintah secara mandiri, dan diakui apostolitasnya oleh seluruh Gereja Orthodox.
a. Gereja ini adalah Gereja Orthodox Amerika.

Gereja Orthodox Rusia (Yuridiksi KePatriakhan Wilayah--yang saya beri warna hijau--) inilah yang telah masuk ke Indonesia secara resmi secara hukum dengan nama Gereja Orthodox Indonesia (GOI) dengan SK Dirjen Bimas Kristen Depag R.I. no: DJ.III/Kep/HK.00.5/190/3212/2006.

Adapun Kantor Pusat Gereja Orthodox Indonesia ini berada di Jakarta, dengan alamat sebagai berikut:

Gereja Orthodox Indonesia (GOI)
Kantor Pusat (Head Office):
JL.K.H.Syafii Hadzami no.1 - Arteri Gandaria
Jakarta Selatan - 12220
INDONESIA
(Telp.021-72788175; 7395302 - Fax.: 021-7234880)

Pendiri & Ketua Umum GOI, Arkhimandrit Daniel Byantoro


Metropolitan (Uskup Agung/Archbishop) GOI 2010, Vladyka Hilarion


Kelima Yuridiksi tubuh Gereja diatas mempunyai sebuah persekutuan yang erat baik secara sakramental maupun dalam Tradisi Gereja serta Pengajaran Iman Apostolik, hal ini berarti baik awam dan imam kesemuanya disatukan oleh Ekaristi yang sama, in communio, satu roti dan satu cawan, bersekutu secara penuh dan utuh. Tubuh Gereja Orthodox memang terdiri dari berbagai Yurisdiksi walaupun demikian pusat pemerintahan dari Gereja Orthodox tidak tersentralisasi kepada satu wilayah atau satu kota dan satu pribadi sebagai pemimpin tetapi lebih kepada Sidang (Konsili) serta persekutuan rohani dari seluruh pemimpin gereja-gereja Yuridiksial di bawah bimbingan rohani dari Patriarkh Konstantinopel sebagai yang dianggap pertama (dianggap sebagai kakak tertua) di antara yang sejajar.

III. Cerita Dibalik Pelopor GOI


Bermula dari seorang anak bernama Byantoro yang memiliki latar belakang Islam dan sudah pergi ke Masjid sejak usia 5 tahun dibawah bimbingan kakeknya. Ketika semakin dewasa, ia mencari dengan sungguh-sungguh kepastian tentang Allah yang sejati.

Saat SMA, ia bertemu dengan suami guru sekolahnya yang berpindah kepada Kekristenan, kemudian terjadilah perdebatan mengenai Trinitas, keIlahian YESUS KRISTUS, InkarnasiNya, dan IdentitasNya sebagai Putera Allah; Akhirnya ia memenangkan perdebatan itu dan tetap tidak percaya kepada kebenaran Injil.

Suatu malam, setelah membaca doa dan Alquran, mendadak ia melihat visi yang membuatnya takut, ia bertemu KRISTUS untuk yang pertama kalinya dalam bentuk cahaya; hal ini membuatnya kebingungan, gemetar, dan sukacita yang mendalam, setelah hal itu ia mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri: "Siapakah YESUS KRISTUS itu?"

Dalam permenungan yang mendalam tentang YESUS yang adalah Kalimatullah (Firman) maka ia sampai pada kesimpulan:
"Allah, FirmanNya yang disebut AnakNya, dan RohNya bukan tiga Allah yang berbeda, namun realitas didalam Satu Allah. Tanpa Roh, tidak ada yang hidup, dan tanpa Firman adalah bisu. Jadi itulah Satu Allah."

Kemudian ia melanjutkan permenungannya, "Jika diantara manusia, komunikasi dilakukan dengan kata-kata, maka demikian dengan Allah, bahwa hanya melalui Satu Firman, yaitu YESUS KRISTUS, maka komunikasi antara Allah dan manusia dapat terjalin."
Sekarang ia tahu "mengapa ia tidak dapat mengenal Allah", tidak lain karena ia tidak mengenal FirmanNya, yaitu YESUS KRISTUS.
Oleh karena itu, akhirnya ia memutuskan untuk percaya kepada YESUS KRISTUS seraya berkata: "Ya Allah, saya percaya YESUS KRISTUS, Sang SabdaMu, dan aku mau menjadi Kristen." Pemuda ini kemudian dibaptiskan dalam Kristen Protestan Reformasi, dan diberi nama baptis "Daniel".

Tahun 1974, dalam suatu pertemuan doa, Daniel menerima baptisan yang disebut "ROH KUDUS" lengkap dengan bahasa roh dan bernubuat, serta menjadi aktivis dalam Gereja Kharismatik.
Tahun 1978, Daniel menjadi salah satu Penasehat Spiritual Kharismatik di pulau Sulawesi oleh Gubernur Manado Willy Lasut yang juga adalah Kristen Kharismatik.

Kemudian Daniel mulai mempelajari cara memulai Bukit Doa mengikuti pola yang ada di Korea. Selama berkunjung di Korea, ia bertemu dengan Missionaris Amerika Dr.Marlin Nelson yang memimpinnya untuk belajar di Seminari Theologi Protestan Evangelis di Seoul, yang bernama "Asian Center for Theological Studies and Mission" (ACTS, yang berafiliasi dengan Seminari Theologi Fuller di USA).

Tahun 1983, Daniel menemukan buku Gereja Orthodox di Toko Buku Timothy Ware, karena ketertarikannya dengan Gereja Purba kemudian ia mulai mencari Gereja Orthodox disana, setelah ia menemukan Gereja Orthodox, ia meminjam banyak buku dari Gereja Orthodox dan mempelajarinya dengan seksama sehingga akhirnya memutuskan bahwa inilah Gereja yang ia cari.

Tahun 1984, Daniel belajar lagi di Holy Cross Greek Orthodox School of Theology di Brookline.

25 Mei 1988, Daniel ditahbiskan secara resmi oleh Gereja Orthodox, dengan demikian sejak hari itu beliau menyandang nama Fr.Daniel B.D. Byantoro.

8 Juni 1988, Dimulailah Misi Gereja Orthodox di Indonesia yang dimulai di Solo yang diberi nama Gereja Parokia Tritunggal Maha Kudus.
Terpujilah Tuhan! Orang pertama yang masuk Gereja Orthodox ini adalah dari Kaum Muslim, yang kemudian dibaptis dengan nama Photios.

IV. Semboyan, Tujuan & Dogma Gereja Orthodox

Gereja Orthodox memiliki 3 Semboyan Dasar, yang antara lain adalah:
1) Orthodoxia (Ajaran Yang Benar)
2) Ortholatria (Penyembahan Yang Benar)
3) Orthopraksia (Praktek Hidup Yang Bernar)
Diharapkan bahwa dengan Ajaran Yang Benar maka umat dapat melaksanakan Penyembahan Yang Benar, dan melalui Penyembahan Yang Benar maka umat dapat berbuahkan Praktek Hidup Yang Benar.

Tujuan Utama Gereja Orthodox adalah Theosis (Kemanunggalan) antara umat manusia dan Allah.

Gereja Orthodox hanya memiliki 2 Dogma (Ajaran Fundamental/Dasar), yaitu:
1) Allah Yang Sejati adalah Tritunggal (Bapa, Putera & ROH KUDUS).
2) Firman berinkarnasi menjadi YESUS KRISTUS bagi karya penebusan dan keselamatan umat manusia yang berdosa.

V. Pernak Pernik Gereja Orthodox

5.1. KeImaman Gereja Orthodox

Gereja Orthodox tidak memperbolehkan seorang perempuan menjadi Imam sesuai dengan Alkitab yang berkata,

1Tim. 2:12 
12. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.

1) Episkopos

1Tim 3:2
2. Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang,

Asal kata asli "Penilik" adalah Episkopon (ἐπίσκοπον), Gereja Roma Katolik menyebutnya sebagai Uskup.

Episkopos ini memiliki beberapa sub-jabatan (dengan Yuridiksial setara), dengan keutamaan sesuai urutan (dari yang paling diutamakan) yaitu:
1) Patriakh Ekumenikal (Patriakh Konstantinopel)
2) Patriakh Antiokhia
3) Patriakh Yerusalem
4) Patriakh Moskow (Rusia)
5) Patriakh Serbia
*) Dibawah Patriakh terdapat Metropolitan (dalam Roma Katolik adalah Uskup Agung), yang mengepalai suatu wilayah yang lebih kecil.

Kendati ada prioritas yang diutamakan/disegani dengan lebih, hal ini tidak membuat Sub-Jabatan itu sebagai hierarki yuridiksi dalam Gereja Orthodox, karena setiap keputusan Gereja Orthodox selalu melalui Konsili Gereja dimana semua Episkopos dari tiap-tiap Patriakh duduk bersama dan melakukan Sidang dengan otoritas Yuridiksi yang setara (termasuk Patriakhnya sendiri).

2) Presbyter

Yak 5:14
14. Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.

Asal kata asli "Penatua" adalah Presbuterous (πρεσβυτέρους), Gereja Roma Katolik menyebutnya sebagai Imam. Presbyter inilah yang menggembalakan umat Allah dalam suatu Parokia Gereja (Gereja Lokal).

Gambar Presbyter, Romo Kirill JSL (Presbyter Orthodox Rusia di Surabaya)


3) Diakon/Diaken

1Tim. 3:12  
12. Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik.

Diakon memiliki tugas untuk membantu Presbyter dalam pelayanannya.

Gambar Diakon (depan)


*) Theolog Awam
Ada pula Theolog Awam dalam Gereja Orthodox, namun tidak digolongkan dalam kepelayanan keImaman.

Contoh Theolog Awam yang mengakulturasi Gereja Orthodox Syria dengan Protestan di Indonesia adalah Bpk. Bambang Noorsena (mantan Theolog Awam Gereja Orthodox Konstantinopel di Indonesia).

Beliau mendirikan ISCS (Institut for Syriac Christian Studies) sebagai badan lembaga pembelajaran Gereja Orthodox Syria (hanya berupa Institut dan bukan Gereja Orthodox Syria karena beliau bukanlah Imam Orthodox), namun pada hakekatnya beliau sendiri adalah Kristen Protestan.

Gambar Bambang Noorsena


Sesuai dengan ayat-ayat diatas bahwa yang termasuk persyaratan adalah "suami dari satu isteri", maka dalam keImaman Gereja Orthodox tidak diharuskan selibat seperti Gereja Roma Katolik, Imam diberikan keleluasaan untuk menikah (demikian juga Rasul Petrus memiliki isteri) atau selibat.

1Kor. 9:5  
5. Tidakkah kami mempunyai hak  untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas?

Mat 19:10-12
10. Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin."
11. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja.
12. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."

Namun, untuk seorang Patriakh, Konsili Gereja memutuskan haruslah dipilih dari antara yang selibat, karena tugas Patriakh adalah mengatur Sistem Gereja Orthodox secara luas, sehingga beliau diharuskan lebih fokus pada perkara Gereja lebih dari apapun.

1Kor 7:32-34
32. Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
33. Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya,
34. dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.

Selain hal tersebut, terdapat gaya hidup beberapa rohaniwan yang khusus, antara lain:
1) Monastik/Biarawan/Biarawati/Rahib
Rohaniwan/rohaniwati yang hidup pada Biara Gereja, biasanya mereka yang melakukan selibat, kendati demikian dalam Gereja Orthodox mereka tetap bekerja pula dalam dunia sekuler. Kehidupan Biara Gereja ini masih banyak terdapat dalam Gereja Roma Katolik sedangkan pada Protestan tinggal 1 Biara saja yang dapat lestari, yaitu Biara Enonkoski dari Denominasi Evangelikal Lutheran di Finland.

Gambar Biarawan Anthony (Pelopor Biarawan) dan Biarawati Sophia dari Suzdal


Para Biarawan/Biarawati memakai tudung yang melambangkan keselibatan mereka sebagai mempelai yang secara eksklusif milik Allah, simbolik bahwa mereka memakai tudung mempelai.

Ada berbagai tingkatan pada Monastik, antara lain:
a. Novice, biasanya hanya para tamu yang hidup dalam Biara (mencoba gaya hidup biara) selama kurang dari 3 hari.
b. Rassophore, Novice yang memutuskan untuk hidup dalam Biara lebih lama.
c. Stavrophore, Novice yang telah bertahun-tahun hidup secara saleh dalam Biara, disejajarkan dengan Tunangan dari Allah.
d. Megaloschemos, Tingkatan akhir dari Biarawan/Biarawati setelah dianggap matang/dewasa secara spiritual.

Gambar Seorang Megaloschemos


Diluar hal itu, terdapat pula sebutan Arkhimandit bagi Biarawan/Biarawati yang berjasa besar bagi Gereja Orthodox dalam karya tertentu (misalnya karya tulis ataupun karya misi) dan sebutan Starets bagi Biarawan/Biarawati yang memiliki karunia rohani tertentu oleh karya ROH KUDUS.

2) Eremit/Hermit/Anchorite/Pertapa
Rohaniwan/rohaniwati yang hidup mengasingkan diri (hidup soliter) dalam waktu tertentu demi perkembangan rohaninya.

Gambar Seorang Eremit, Serafim dari Sarov, sedang berinteraksi dengan beruang


Dalam Gereja Orthodox tidak dijumpai Ordo-Ordo seperti yang terdapat pada Gereja Roma Katolik.

http://forumkristen.com/index.php?topic=28487.0